A.
Abstraksi
Pengertian Fingerprint
Sidik
jari (bahasa Inggris: fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari
baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang
ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki.
Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal
pergelangan sampai ke semua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki
mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat
garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau
alur yang membentuk struktur tertentu.
Fungsi Fingerprint
Fungsi
sidik jari pada dasarnya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari
dapat memegang benda-benda lebih erat. Namun seiring perkembangan teknologi, sidik
jari manusia dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua
manusia yang memiliki sidik jari persis sama. Menurut para ilmuwan, diantara 5
juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru
akan terjadi lagi 300 tahun kemudian.
Meskipun
pada awalnya lebih populer untuk melacak pelaku kejahatan dan kepentingan ilmu
pengetahuan, alat pendeteksi sidik jari kini telah meluas penggunaannya ke
ranah komersial. Efisiensi menjadi alasan penggunaan sistem identifikasi sidik
jari di berbagai perusahaan. Alat ini mendorong penghematan waktu, tenaga, dan
menjamin keamanan. Penggunaan nyata sistem/alat identifikasi sidik jari adalah
pada alat absensi yang mampu membuktikan kehadiran karyawan (absensi) secara
akurat. Penggunaan absensi sidik jari lebih efektif karena berhubungan langsung
dengan karyawan. Jika karyawan tidak masuk, bolos, atau terlambat, dapat
langsung diketahui. Hal ini berbeda dengan sistem pencatatan yang rentan
dimanipulasi, contohnya penitipan absensi kepada rekannya.
Selama
ini dipercaya bahwa mengakali alat deteksi sidik jari merupakan hal yang
mustahil dengan alasan sidik jari adalah unik. Namun bagaimana jika seandainya
orang yang memiliki jari tersebut dipotong, kemudian dibawa ke mesin biometrik
sidik jari? Atau orangnya sendiri ditodong kemudian disuruh untuk
mengautentikasikan sidik jarinya ke mesin identifikasi? Seorang profesor
matematika bahkan menemukan cara yang sangat sederhana untuk mengakali mesin
biometrik sidik jari. Apa yang dilakukannya menjadi berita utama di barat dan
telah ditulis dalam artikel berjudul Gummy Bears Defear Fingerprint Sensors.
Seorang
profesor matematika dari Jepang, Tsutomu Matsumoto menggunakan gelatin (gel
atau agar-agar) dan cetakan plastik untuk menghasilkan gummy (semacam permen
karet) dengan sidik jarinya ada di gummy tersebut. Dengan gummy itu ia dapat
mengakali 11 sistem autentikasi sidik jari dengan tingkat keberhasilan berhasil
4 kali dari 5 kali usaha atau sekitar 80 %. Dilaporkan bahwa metode Profesor
Matsumoto dapat digunakan untuk memroses sidik jari yang ditinggalkan seseorang
di gelas dengan cara dipindahkan dan dibuat jari palsu dari bahan jelly. Bahan
gummy sangat sederhana dan murah, tanpa teknologi tingkat tinggi. Dengan bahan
yang tidak lebih dari 10 dolar, dia dapat mengakali peralatan canggih dari
optical dengan fitur live finger sensor. Dan uniknya penggunakan jari palsu
dari bahan jelly ini bisa digunakan untuk mengakali sensor yang dijaga, hanya
dengan menempelkan jari palsu jelly ke jari, sehingga pada saat menekan jari ke
alat sensor akan tidak terlihat oleh penjaga sekalipun dan sesudahnya bahan
tersebut bisa dimakan untuk menghilangkan bukti. Betapa kita menjadi saksi
kecerdikan (cerdas dan licik) manusia yang tentu saja mampu mengalahkan alat
yang notabene juga diciptakan oleh manusia. Disinilah akal budi menjadi batasan
moral apakah gummy bears defeat fingerprint sensor atau gummy bears
defeat honesty.
Sebagai
karyawan sekaligus pengguna seyogianya melihat absensi sidik jari sebagai
bagian dari upaya untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban secara lebih akurat.
Seandainya telah tercipta kesadaran bahwa masuk tepat waktu merupakan bagian
dari hak dan kewajiban sebagai karyawan dan bukan sekedar memenuhi deadline
absensi atau takut dipotong tunjangannya karena TL (terlambat), maka keberadaan
absensi biometrik sebenarnya hanya berfungsi sebagai pendukung statistik SDM
(sumber daya manusia) organisasi semata. Absensi adalah bagian dari proses
pembentukan budaya organisasi dan bukan tujuan.
Kajian kedisiplinan dan keterlambatan
Disiplin adalah perasaan taat dan
patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan
tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Disiplin adalah kunci kesuksesan untuk mencapai hari depan yang lebih
baik. indikator kedisiplinan tersebut sangat banyak. Di antaranya, tujuan dan
kemampuan, keteladanan dan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukum,
ketegasan dan hubungan kemanusiaan. Dari sisi tujuan, harus ideal dan
menantang. Kepemimpinan, harus berani menjadi contoh dengan sikap dan perbuatan
yang baik. Jika dikaitkan dengan balas jasa, memberikan kepuasan dan kecintaan
sehingga disiplin bisa meningkat.
Terlambat adalah suatu kondisi
dimana seseorang datang tidak tepat waktu. Terlambat sangat mempengaruhi
tingkat kedisiplinan seseorang. Di Indonesia terlambat sudah menjadi budaya
yang tidak asing lagi. Hampir di setiap acara ada saja orang yang datang
terlambat. Terlambat tidak hanya terjadi di kalangan orang yang sudah bekerja tetapi
juga dikalangan mahasiswa sampai anak-anak TK. Budaya terlambat seolah-olah telah
melekat pada bangsa kita. Padahal budaya terlambat ini telah mengarahkan kita pada
suatu hal yang menghambat kemajuan. Karena dengan terlambat kita cenderung akan
menunda-nunda pekerjaan. Selain itu terlambat menunjukan kita tidak disiplin terhadap
peraturan serta kurang menyadari arti penting dari manajemen waktu.
Pengawasan terhadap perilaku, sikap,
moral, prestasi kerja dan sebagainya sebenarnya sangat dibutuhkan. Tak cukup
diwacanakan tetapi perlu implementasi di lapangan.
Menurut Ahmad Isnaini, keterlambatan
dapat ditinjau sebagai berikut:
1.
Terlambat
karena sengaja, terlambat sengaja dikarenakan ada mata pelajaran pertama yang
mereka tidak suka atau dengan alasan yang tidak sesuai dan tidak bisa diterima alasan yang rasional
2.
Terlambat
karena tidak disengaja, dikarenakan jarak rumah yang jauh. tidak ada kendaraan
(karena sopir angkot mogok kerja), bis yang mereka tumpangi bannya bocor
sehingga terlambat, kemungkinan hujan lebat atau dengan alasan yang rasional.
Tempat tinggal yang jauh menjadi kendala kedisiplinan waktu. Memang ada
sebagian yang rumahnya sangat jauh bahkan tidak ada transportasi yang
mendukung.
Terlambat dapat disebabkan beberapa
faktor,
Ø faktor pribadi yang bersumber dari diri sendiri yang malas dan
tidak disiplin.
Ø faktor keluarga, misalnya disuruh orang tua mengantarkan ke pasar
atau ke rumah sakit,
Ø faktor lingkungan
Terlambat akan banyak berdampak bagi
pelakunya. Terlambat yang dilakukan berulang kali akan mengganggu konsentrasi
belajar karena ketinggalan sebagian banyak materi yang diajarkan. Mengganggu
pembelajaran sehinggsa berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi
belajar.
B.
Latar Belakang
Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (STAN) adalah pendidikan tinggi kedinasan di bawah
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, yang menyelenggarakan pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan
(Prodip Keuangan). STAN didirikan dengan dasar hukum Keputusan Presiden RI
No.45 Tahun 1974 juncto Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 1967 serta dengan
landasan hukum Peraturan Menteri Keuangan RI No.1/PMK/1977 tanggal 18 Februari
1977.
Sama
seperti perguruan tinggi kedinasan lainnya mahasiswa STAN juga memiliki
peraturan yang sedikit berbeda dengan universitas pada umumnya. Peraturan
kedisiplinan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara terdapat pada Keputusan
Kepala BPPK Nomor KEP-208/BP/2000. Sebagai calom punggawa keuangan negara
mahasiswa-mahasiswi STAN tidak hanya dididik dengan muatan-muatan keilmuan
akuntansi atau keuangan publik, tetapi juga harus dibekali sikap mental
kedisiplinan yang tinggi, karakter dan prinsip-prinsip yang kuat sehingga
mereka benar-benar siap ketika memasuki dunia kantor. Di STAN telah ada Bidang
PA-STAN yang menangani penyelenggaraan Program Diploma III Pajak, Penilai/Pajak
Bumi Bangunan, dan Pajak Khusus melakukan upaya perbaikan terus-menerus dalam
proses akademis dan supporting-nya, khususnya pemantauan dan penggalakan
kedisiplinan siswa Pajak. Kali ini Bidang PA-STAN awali “Gerakan Pendisiplinan
Siswa” (GPS)-STAN. Program dilatarbelakangi bahwa mahasiswa STAN adalah calon
pegawai Kementerian Keuangan yang harus menampilkan dirinya selayaknya figur
publik yang disiplin dan berdedikasi tinggi. Ini tampak di antaranya pada tata
cara berpenampilan dan berperilaku sehari-hari di kampus.
Namun
lebih dari itu pendidikan mental dan karakter tak hanya dibentuk dari
kebiasaaan cara berpakaian dan berpenampilan saja, kedisiplinan waktu juga
termasuk hal yang sangat patut diperhatikan dan ditanamkan sejak pendidikan
awal karakter itu diberikan. Sampai saat ini Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
mempunyai peraturan bahwa mahasiswa harus datang mengikuti perkuliahan dengan
presentase masuk 80% dari jumlah realisasi jadwal masuk perkuliahan. Namun
sayangnya banyak dari civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa yang
seringkali melakukan kecurangan sehingga persyaratan tersebut tetap dapat
dipenuhi sedangkan realisasinya tidak sesuai. Beberapa kebiasaan keliru yang
terkadang dilakukan adalah mengurangi jam perkuliahan, melakukan presensi lebih
dari satu kali pada kuliah satu sesi dan beberapa hal lainnya. Hal tersebut
karena sampai saat ini Sekolah Tinggi Akuntansi Negara masih menggunakan sistem
presensi manual. Berbeda dengan sistem presensi pegawai-pegawai Kementerian
Keuangan di instansi-instansi Kementerian Keuangan yang sudah menggunakan fingerprint
yang telah memberikan dampak positif terhadap kedisiplinan pegawai. Selain itu,
sekolah – sekolah setingkat SMP dan SMA pun telah banyak yang memanfaatkan
teknologi ini untuk mendisiplinkan baik siswa ataupun guru. Beberapa universitas
baik negeri maupun kedinasan juga telah menggunakan presensi semacam ini karena
memang pendidikan kedisiplinan sangat penting dalam rangka membentuk karakter
para penerus bangsa yang baik, jujur, benar, dan berdedikasi.
C.
Tujuan
Pada dasarnya penggunaan fingerprint
sebagai media presensi mahasiswa adalah sama dengan penggunaannya di
kantor-kantor dalam lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah terealisasi yaitu
untuk meningkatkan kedisiplinan para civitas akademika dan membentuk karakter
bukan dari setelah para generasi penerus ini menjajaki dunia kerja melainkan
dari mereka masih berada dalam masa pematangan karakter di lingkungan kampus
khususnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
D.
Pembahasan
Cara kerja Fingerprint
PATERN
Secara umum, sidik jari dapat dibedakan menjadi
beberapa tipe menurut Henry Classification System, yaitu:
Hampir 2/3 manusia memiliki sidik jari dengan Loop
Pattern, hampir 1/3 lainnya memiliki sidik jari dengan Whorl Pattern, dan hanya
5-10% yang memiliki sidik jari dengan Arch Pattern. Pola-pola seperti ini digunakan untuk
membedakan sidik jari secara umum, namun untuk mesin sidik jari, pembedaan
seperti ini tidaklah cukup. Karena itulah mesin sidik jari diperlengkapi dengan
metode pengenalan Minutiae.
MINUTIAE
Minutiae berasal
dari bahasa inggris yang bisa berarti “barang yang tidak berarti” atau “rincian
tidak penting”, dan terkadang diartikan sebagai “detail”. Seperti arti katanya,
minutiae sebenarnya merupakan rincian sidik jari yang tidak penting bagi kita,
tetapi bagi sebuah mesin sidik jari itu adalah detail yang sangat diperhatikan.
Minutiae pada sidik jari adalah titik-titik yang
mengacu kepada:
- crossover: persilangan dua garis
- core: putar-balikan (U turn) sebuah garis
- bifurcation: percabangan sebuah garis
- ridge ending: berhentinya sebuah garis
- island: sebuah garis yang sangat pendek
- delta: pertemuan dari tiga buah garis yang membentuk sudut
- pore: percabangan sebuah garis yang langsung diikuti dengan menyatunya kembali percabangan tersebut sehingga membentuk sebuah lingkaran kecil
mesin sidik jari akan mencari titik-titik ini dan
membuat pola dengan menghubung-hubungkan titik-tik ini. Pola yang didapat
dengan menghubungkan titik-titik inilah yang nantinya akan digunakan untuk
melakukan pencocokan bila ada jari yang menempel pada mesin sidik jari. Jadi,
sebenarnya mesin sidik jari tidak mencocokkan gambar, tetapi mencocokkan pola
yang di dapat dari minutiae-minutiae ini.
Ilustrasi :
Searching Minutiae
Gambar di sebelah kiri adalah gambar
sidik jari yang telah tersimpan pada mesin sidik jari, sedangkan gambar di
kanan adalah hasil scan jari yang akan dicocokkan. Pertama-tama sistem akan
mencari titik-titik minutiae pada keduanya.
Before Match
Setelah itu, mesin sidik jari akan
mengumpulkan titi-titik minutiae tersebut untuk dicocokkan
Match Minutiae
Langkah berikutnya, mesin sidik jari
akan mencari kecocokan pola pada minutiae-minutiae yang telah terkumpul
tersebut (perhatikan bahwa tidak semua minutiae harus digunakan atau memiliki
kesamaan baik pada gambar kiri maupun kanan)
Matched Result
Jika mesin sidik jari mendapatkan
pola yang sama (dalam contoh di atas terdapat kesamaan), maka proses
identifikasi sudah berhasil (perhatikan bahwa letak pola tersebut tidak harus
sama)
Karena tidak semua minutiae harus digunakan dan letak
pola yang ditemukan tidak harus sama, maka kita dapat menyimpulkan bahwa posisi
jari kita pada saat identifikasi pada mesin sidik jari tidak harus persis sama
dengan pada saat kita menyimpan data sidik jari kita pertama kali pada mesin
tersebut. Dan fakta bahwa mesin sidik jari menggunakan minutiae-minutiae dalam
melakukan proses identifikasi dapat memberikan kesimpulan kepada kita bahwa
goresan pada jari kita dapat menyebabkan sulitnya jari kita teridentifikasi,
karena tu berarti akan merubah minutiae-minutiae yang ada, misalnya membuat
beberapa crossover baru, dan lain-lain.
Keunggulan sistem presensi dengan fingerprint
Sumber : http:
//www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric-untuk-sistem-absensi-perkantoran/
November 2005
Faktor
kelemahan
|
Fingerprint
scanner dan software absensi
|
Ketidakjujuran karyawan via
“buddy punching” (teman sekerja yang mencatatkan kehadiran).
|
Tidak mungkin terjadi. Sidik jari tidak dapat digunakan oleh
rekan sekerja yang lain.
|
Manipulasi atau hilangnya kartu absensi.
|
Tidak mungkin terjadi, karena tidak menggunakan kartu. Sidik jari
seseorang
selalu unik (tidak ada yang sama). Dapat menggunakan lebih dari 1
jari sebagai
identifikasi.
|
Kesalahan / ketidak akuratan pencatatan waktu kerja karyawan.
|
Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat.
|
Otomatisasi sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi
kepegawaian.
|
Otomatis dan integrasi ke sistem kepegawaian. Selalu dapat
dilakukan
otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang terintegrasi.
|
Penerapan fingerprint di
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tempat
Fingeprint dapat di
tempatkan pada tiap kelas atau tiap lantai gedung perkuliahan di lingkungan
kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dengan pengaturan sesuai jadwal kuliah
yang telah di atur oleh sekretariat Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Peruntukan
Fingerprint di peruntukkan
bagi mahasiswa maupun dosen sebagai pengontrol berjalannya perkuliahan
masing-masing sesi (sesuai pengaturan server sekretariat)
Fingerprint sesuai peraturan kampus
Fingerprint dapat
dianalogikan semacam keyboard sebagai alat penginput data, jadi data presensi
akan diakumulasi dan diinput didalamnya pengaturan dari komputer server (pusat)
untuk disesuaikan dengan peraturan perkuliahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Misalnya :
Ø Jam perkuliahan di serempakkan menjadi beberapa sesi, misal perkuliahan
sesi 1 pukul 08.00 – 10.30, sesi 2 pukul 11.00 – 13.30 dan seterusnya.
Ø Keterlambatan dihitung dari jam awal sesi baik dosen atau mahasiswa
atau dihitung dari jam dosen melakukan presensi masuk melalui fingerprint.
Ø Akan ada sanksi baik untuk mahasiswa atau dosen dengan akumulasi
keterlambatan atau absen (tidak datang) dalam batas yang telah ditentukan, dll.
Ø Akan ada sanksi baik untuk mahasiswa atau dosen yang menyelesaikan
atau meninggalkan jam perkuliahan sebelum sesi berakhir (kecuali jumlah SKS
berbeda, misalnya jumlah SKS memang sedikit) dalam batas yang telah ditentukan
dalam peraturan yang berlaku.
E.
PENUTUP
Fingerprint merupakan manfaat dari perkembangan ilmu informasi dan teknologi
yang dapat dirasakan di berbagai bidang. Pendidikan merupakan pola pembentuk
karakter para penerus bangsa. Oleh karena itu penggunaan fingerprint dalam
bidang pendidikan sebagai media presensi sangatlah berdampak baik dalam
meningkatkan kedisiplinan dan kejujuran para civitas akademik yang nantinya juga
kan berimbas pada kebiasaan dan pola perilaku di lingkungan-lingkungan dimana
mereka akan memberikan kontribusinya sebagai warga negara.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan selalu bagus. Tidak ada tujuan yang tidak bagus, tergantung kaca mata. Sementara semua hal sebenarnya adalah alat, bukan tujuan. Kecenderungan yang terjadi, orang dan organisasi seringkali terjebak untuk berkutat pada alat dan alat. Padahal hal tersebut memunculkan potensi masalah baru, jelas memperpanjang jarak kearah tujuan. Jelas uang 'dibuang' lagi. Resiko tragisnya malah lupa akan tujuan sebenarnya dan asyik dengan tujuan baru yang dimunculkan melalui make up atribut.
BalasHapusterima kasih banyak atas kunjungan, kesan, dan sarannya :)
BalasHapussmoga setiap pendapat dari kita menjadi bahan diskusi sebagai suatu bentuk kontribusi dan kepedulian untuk kemajuan sebuah birokrasi atau apapun dan nantinya ke arah yang lebih luas lagi #negara
Sekarang udah ada cara mengakali absensi fingerprint yg jauh lebih murah. Lihat http://kask.us/hJ4AB
BalasHapusmakasih infonya gan
BalasHapusFingerprint Tasik