Kamis, 08 November 2012

Finger Print



A.      Abstraksi
Pengertian Fingerprint
Sidik jari (bahasa Inggris: fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai ke semua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk struktur tertentu.
Fungsi Fingerprint
Fungsi sidik jari pada dasarnya adalah untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat. Namun seiring perkembangan teknologi, sidik jari manusia dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama. Menurut para ilmuwan, diantara 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian.
Meskipun pada awalnya lebih populer untuk melacak pelaku kejahatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, alat pendeteksi sidik jari kini telah meluas penggunaannya ke ranah komersial. Efisiensi menjadi alasan penggunaan sistem identifikasi sidik jari di berbagai perusahaan. Alat ini mendorong penghematan waktu, tenaga, dan menjamin keamanan. Penggunaan nyata sistem/alat identifikasi sidik jari adalah pada alat absensi yang mampu membuktikan kehadiran karyawan (absensi) secara akurat. Penggunaan absensi sidik jari lebih efektif karena berhubungan langsung dengan karyawan. Jika karyawan tidak masuk, bolos, atau terlambat, dapat langsung diketahui. Hal ini berbeda dengan sistem pencatatan yang rentan dimanipulasi, contohnya penitipan absensi kepada rekannya.
Selama ini dipercaya bahwa mengakali alat deteksi sidik jari merupakan hal yang mustahil dengan alasan sidik jari adalah unik. Namun bagaimana jika seandainya orang yang memiliki jari tersebut dipotong, kemudian dibawa ke mesin biometrik sidik jari? Atau orangnya sendiri ditodong kemudian disuruh untuk mengautentikasikan sidik jarinya ke mesin identifikasi? Seorang profesor matematika bahkan menemukan cara yang sangat sederhana untuk mengakali mesin biometrik sidik jari. Apa yang dilakukannya menjadi berita utama di barat dan telah ditulis dalam artikel berjudul Gummy Bears Defear Fingerprint Sensors.
Seorang profesor matematika dari Jepang, Tsutomu Matsumoto menggunakan gelatin (gel atau agar-agar) dan cetakan plastik untuk menghasilkan gummy (semacam permen karet) dengan sidik jarinya ada di gummy tersebut. Dengan gummy itu ia dapat mengakali 11 sistem autentikasi sidik jari dengan tingkat keberhasilan berhasil 4 kali dari 5 kali usaha atau sekitar 80 %. Dilaporkan bahwa metode Profesor Matsumoto dapat digunakan untuk memroses sidik jari yang ditinggalkan seseorang di gelas dengan cara dipindahkan dan dibuat jari palsu dari bahan jelly. Bahan gummy sangat sederhana dan murah, tanpa teknologi tingkat tinggi. Dengan bahan yang tidak lebih dari 10 dolar, dia dapat mengakali peralatan canggih dari optical dengan fitur live finger sensor. Dan uniknya penggunakan jari palsu dari bahan jelly ini bisa digunakan untuk mengakali sensor yang dijaga, hanya dengan menempelkan jari palsu jelly ke jari, sehingga pada saat menekan jari ke alat sensor akan tidak terlihat oleh penjaga sekalipun dan sesudahnya bahan tersebut bisa dimakan untuk menghilangkan bukti. Betapa kita menjadi saksi kecerdikan (cerdas dan licik) manusia yang tentu saja mampu mengalahkan alat yang notabene juga diciptakan oleh manusia. Disinilah akal budi menjadi batasan moral apakah gummy bears defeat fingerprint sensor atau gummy bears defeat honesty.
Sebagai karyawan sekaligus pengguna seyogianya melihat absensi sidik jari sebagai bagian dari upaya untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban secara lebih akurat. Seandainya telah tercipta kesadaran bahwa masuk tepat waktu merupakan bagian dari hak dan kewajiban sebagai karyawan dan bukan sekedar memenuhi deadline absensi atau takut dipotong tunjangannya karena TL (terlambat), maka keberadaan absensi biometrik sebenarnya hanya berfungsi sebagai pendukung statistik SDM (sumber daya manusia) organisasi semata. Absensi adalah bagian dari proses pembentukan budaya organisasi dan bukan tujuan.
Kajian kedisiplinan dan keterlambatan
Disiplin adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin adalah kunci kesuksesan untuk mencapai hari depan yang lebih baik. indikator kedisiplinan tersebut sangat banyak. Di antaranya, tujuan dan kemampuan, keteladanan dan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukum, ketegasan dan hubungan kemanusiaan. Dari sisi tujuan, harus ideal dan menantang. Kepemimpinan, harus berani menjadi contoh dengan sikap dan perbuatan yang baik. Jika dikaitkan dengan balas jasa, memberikan kepuasan dan kecintaan sehingga disiplin bisa meningkat.
Terlambat adalah suatu kondisi dimana seseorang datang tidak tepat waktu. Terlambat sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan seseorang. Di Indonesia terlambat sudah menjadi budaya yang tidak asing lagi. Hampir di setiap acara ada saja orang yang datang terlambat. Terlambat tidak hanya terjadi di kalangan orang yang sudah bekerja tetapi juga dikalangan mahasiswa sampai anak-anak TK. Budaya terlambat seolah-olah telah melekat pada bangsa kita. Padahal budaya terlambat ini telah mengarahkan kita pada suatu hal yang menghambat kemajuan. Karena dengan terlambat kita cenderung akan menunda-nunda pekerjaan. Selain itu terlambat menunjukan kita tidak disiplin terhadap peraturan serta kurang menyadari arti penting dari manajemen waktu.
Pengawasan terhadap perilaku, sikap, moral, prestasi kerja dan sebagainya sebenarnya sangat dibutuhkan. Tak cukup diwacanakan tetapi perlu implementasi di lapangan.



Menurut Ahmad Isnaini, keterlambatan dapat ditinjau sebagai berikut:
1.      Terlambat karena sengaja, terlambat sengaja dikarenakan ada mata pelajaran pertama yang mereka tidak suka atau dengan alasan yang tidak sesuai dan tidak  bisa diterima alasan yang rasional
2.      Terlambat karena tidak disengaja, dikarenakan jarak rumah yang jauh. tidak ada kendaraan (karena sopir angkot mogok kerja), bis yang mereka tumpangi bannya bocor sehingga terlambat, kemungkinan hujan lebat atau dengan alasan yang rasional. Tempat tinggal yang jauh menjadi kendala kedisiplinan waktu. Memang ada sebagian yang rumahnya sangat jauh bahkan tidak ada transportasi yang mendukung.
Terlambat dapat disebabkan beberapa faktor,
Ø  faktor pribadi yang bersumber dari diri sendiri yang malas dan tidak disiplin.
Ø  faktor keluarga, misalnya disuruh orang tua mengantarkan ke pasar atau ke rumah sakit,
Ø  faktor lingkungan
Terlambat akan banyak berdampak bagi pelakunya. Terlambat yang dilakukan berulang kali akan mengganggu konsentrasi belajar karena ketinggalan sebagian banyak materi yang diajarkan. Mengganggu pembelajaran sehinggsa berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar.

B.       Latar Belakang
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) adalah pendidikan tinggi kedinasan di bawah Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang menyelenggarakan pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan (Prodip Keuangan). STAN didirikan dengan dasar hukum Keputusan Presiden RI No.45 Tahun 1974 juncto Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 1967 serta dengan landasan hukum Peraturan Menteri Keuangan RI No.1/PMK/1977 tanggal 18 Februari 1977.
Sama seperti perguruan tinggi kedinasan lainnya mahasiswa STAN juga memiliki peraturan yang sedikit berbeda dengan universitas pada umumnya. Peraturan kedisiplinan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara terdapat pada Keputusan Kepala BPPK Nomor KEP-208/BP/2000. Sebagai calom punggawa keuangan negara mahasiswa-mahasiswi STAN tidak hanya dididik dengan muatan-muatan keilmuan akuntansi atau keuangan publik, tetapi juga harus dibekali sikap mental kedisiplinan yang tinggi, karakter dan prinsip-prinsip yang kuat sehingga mereka benar-benar siap ketika memasuki dunia kantor. Di STAN telah ada Bidang PA-STAN yang menangani penyelenggaraan Program Diploma III Pajak, Penilai/Pajak Bumi Bangunan, dan Pajak Khusus melakukan upaya perbaikan terus-menerus dalam proses akademis dan supporting-nya, khususnya pemantauan dan penggalakan kedisiplinan siswa Pajak. Kali ini Bidang PA-STAN awali “Gerakan Pendisiplinan Siswa” (GPS)-STAN. Program dilatarbelakangi bahwa mahasiswa STAN adalah calon pegawai Kementerian Keuangan yang harus menampilkan dirinya selayaknya figur publik yang disiplin dan berdedikasi tinggi. Ini tampak di antaranya pada tata cara berpenampilan dan berperilaku sehari-hari di kampus.
Namun lebih dari itu pendidikan mental dan karakter tak hanya dibentuk dari kebiasaaan cara berpakaian dan berpenampilan saja, kedisiplinan waktu juga termasuk hal yang sangat patut diperhatikan dan ditanamkan sejak pendidikan awal karakter itu diberikan. Sampai saat ini Sekolah Tinggi Akuntansi Negara mempunyai peraturan bahwa mahasiswa harus datang mengikuti perkuliahan dengan presentase masuk 80% dari jumlah realisasi jadwal masuk perkuliahan. Namun sayangnya banyak dari civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa yang seringkali melakukan kecurangan sehingga persyaratan tersebut tetap dapat dipenuhi sedangkan realisasinya tidak sesuai. Beberapa kebiasaan keliru yang terkadang dilakukan adalah mengurangi jam perkuliahan, melakukan presensi lebih dari satu kali pada kuliah satu sesi dan beberapa hal lainnya. Hal tersebut karena sampai saat ini Sekolah Tinggi Akuntansi Negara masih menggunakan sistem presensi manual. Berbeda dengan sistem presensi pegawai-pegawai Kementerian Keuangan di instansi-instansi Kementerian Keuangan yang sudah menggunakan fingerprint yang telah memberikan dampak positif terhadap kedisiplinan pegawai. Selain itu, sekolah – sekolah setingkat SMP dan SMA pun telah banyak yang memanfaatkan teknologi ini untuk mendisiplinkan baik siswa ataupun guru. Beberapa universitas baik negeri maupun kedinasan juga telah menggunakan presensi semacam ini karena memang pendidikan kedisiplinan sangat penting dalam rangka membentuk karakter para penerus bangsa yang baik, jujur, benar, dan berdedikasi.

C.      Tujuan
Pada dasarnya penggunaan fingerprint sebagai media presensi mahasiswa adalah sama dengan penggunaannya di kantor-kantor dalam lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah terealisasi yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan para civitas akademika dan membentuk karakter bukan dari setelah para generasi penerus ini menjajaki dunia kerja melainkan dari mereka masih berada dalam masa pematangan karakter di lingkungan kampus khususnya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

D.      Pembahasan
Cara kerja Fingerprint
PATERN
Secara umum, sidik jari dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut Henry Classification System, yaitu:
Loop PatternWhorl PatternArch Pattern
Hampir 2/3 manusia memiliki sidik jari dengan Loop Pattern, hampir 1/3 lainnya memiliki sidik jari dengan Whorl Pattern, dan hanya 5-10% yang memiliki sidik jari dengan Arch Pattern.  Pola-pola seperti ini digunakan untuk membedakan sidik jari secara umum, namun untuk mesin sidik jari, pembedaan seperti ini tidaklah cukup. Karena itulah mesin sidik jari diperlengkapi dengan metode pengenalan Minutiae.
MINUTIAE
Minutiae berasal dari bahasa inggris yang bisa berarti “barang yang tidak berarti” atau “rincian tidak penting”, dan terkadang diartikan sebagai “detail”. Seperti arti katanya, minutiae sebenarnya merupakan rincian sidik jari yang tidak penting bagi kita, tetapi bagi sebuah mesin sidik jari itu adalah detail yang sangat diperhatikan.
Minutiae
Minutiae pada sidik jari adalah titik-titik yang mengacu kepada:
  • crossover: persilangan dua garis
  • core: putar-balikan (U turn) sebuah garis
  • bifurcation: percabangan sebuah garis
  • ridge ending: berhentinya sebuah garis
  • island: sebuah garis yang sangat pendek
  • delta: pertemuan dari tiga buah garis yang membentuk sudut
  • pore: percabangan sebuah garis yang langsung diikuti dengan menyatunya kembali percabangan tersebut sehingga membentuk sebuah lingkaran kecil
mesin sidik jari akan mencari titik-titik ini dan membuat pola dengan menghubung-hubungkan titik-tik ini. Pola yang didapat dengan menghubungkan titik-titik inilah yang nantinya akan digunakan untuk melakukan pencocokan bila ada jari yang menempel pada mesin sidik jari. Jadi, sebenarnya mesin sidik jari tidak mencocokkan gambar, tetapi mencocokkan pola yang di dapat dari minutiae-minutiae ini.
Ilustrasi :
Searching Minutiae
Searching Minutiae
Gambar di sebelah kiri adalah gambar sidik jari yang telah tersimpan pada mesin sidik jari, sedangkan gambar di kanan adalah hasil scan jari yang akan dicocokkan. Pertama-tama sistem akan mencari titik-titik minutiae pada keduanya.
Before Match
Before Match
Setelah itu, mesin sidik jari akan mengumpulkan titi-titik minutiae tersebut untuk dicocokkan

Match Minutiae
Match Minutiae
Langkah berikutnya, mesin sidik jari akan mencari kecocokan pola pada minutiae-minutiae yang telah terkumpul tersebut (perhatikan bahwa tidak semua minutiae harus digunakan atau memiliki kesamaan baik pada gambar kiri maupun kanan)
Matched Result
Matched Result
Jika mesin sidik jari mendapatkan pola yang sama (dalam contoh di atas terdapat kesamaan), maka proses identifikasi sudah berhasil (perhatikan bahwa letak pola tersebut tidak harus sama)
Karena tidak semua minutiae harus digunakan dan letak pola yang ditemukan tidak harus sama, maka kita dapat menyimpulkan bahwa posisi jari kita pada saat identifikasi pada mesin sidik jari tidak harus persis sama dengan pada saat kita menyimpan data sidik jari kita pertama kali pada mesin tersebut. Dan fakta bahwa mesin sidik jari menggunakan minutiae-minutiae dalam melakukan proses identifikasi dapat memberikan kesimpulan kepada kita bahwa goresan pada jari kita dapat menyebabkan sulitnya jari kita teridentifikasi, karena tu berarti akan merubah minutiae-minutiae yang ada, misalnya membuat beberapa crossover baru, dan lain-lain.




Keunggulan sistem presensi dengan fingerprint
Sumber : http: //www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric-untuk-sistem-absensi-perkantoran/ November 2005
Faktor kelemahan
Fingerprint scanner dan software absensi
Ketidakjujuran karyawan via
“buddy punching” (teman sekerja yang mencatatkan kehadiran).
Tidak mungkin terjadi. Sidik jari tidak dapat digunakan oleh rekan sekerja yang lain.
Manipulasi atau hilangnya kartu absensi.
Tidak mungkin terjadi, karena tidak menggunakan kartu. Sidik jari seseorang
selalu unik (tidak ada yang sama). Dapat menggunakan lebih dari 1 jari sebagai
identifikasi.
Kesalahan / ketidak akuratan pencatatan waktu kerja karyawan.
Akurat. Pencatatan waktu menggunakan komputer, sangat akurat.
Otomatisasi sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi kepegawaian.
Otomatis dan integrasi ke sistem kepegawaian. Selalu dapat dilakukan
otomatisasi pelaporan, menggunakan sistem yang terintegrasi.

Penerapan  fingerprint di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tempat
Fingeprint dapat di tempatkan pada tiap kelas atau tiap lantai gedung perkuliahan di lingkungan kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dengan pengaturan sesuai jadwal kuliah yang telah di atur oleh sekretariat Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Peruntukan
Fingerprint di peruntukkan bagi mahasiswa maupun dosen sebagai pengontrol berjalannya perkuliahan masing-masing sesi (sesuai pengaturan server sekretariat)
Fingerprint sesuai peraturan kampus
Fingerprint dapat dianalogikan semacam keyboard sebagai alat penginput data, jadi data presensi akan diakumulasi dan diinput didalamnya pengaturan dari komputer server (pusat) untuk disesuaikan dengan peraturan perkuliahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Misalnya :
Ø  Jam perkuliahan di serempakkan menjadi beberapa sesi, misal perkuliahan sesi 1 pukul 08.00 – 10.30, sesi 2 pukul 11.00 – 13.30 dan seterusnya.
Ø  Keterlambatan dihitung dari jam awal sesi baik dosen atau mahasiswa atau dihitung dari jam dosen melakukan presensi masuk melalui fingerprint.
Ø  Akan ada sanksi baik untuk mahasiswa atau dosen dengan akumulasi keterlambatan atau absen (tidak datang) dalam batas yang telah ditentukan, dll.
Ø  Akan ada sanksi baik untuk mahasiswa atau dosen yang menyelesaikan atau meninggalkan jam perkuliahan sebelum sesi berakhir (kecuali jumlah SKS berbeda, misalnya jumlah SKS memang sedikit) dalam batas yang telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku.


E.            PENUTUP
Fingerprint merupakan manfaat dari perkembangan ilmu informasi dan teknologi yang dapat dirasakan di berbagai bidang. Pendidikan merupakan pola pembentuk karakter para penerus bangsa. Oleh karena itu penggunaan fingerprint dalam bidang pendidikan sebagai media presensi sangatlah berdampak baik dalam meningkatkan kedisiplinan dan kejujuran para civitas akademik yang nantinya juga kan berimbas pada kebiasaan dan pola perilaku di lingkungan-lingkungan dimana mereka akan memberikan kontribusinya sebagai warga negara.


F.            DAFTAR PUSTAKA

4 komentar:

  1. Tujuan selalu bagus. Tidak ada tujuan yang tidak bagus, tergantung kaca mata. Sementara semua hal sebenarnya adalah alat, bukan tujuan. Kecenderungan yang terjadi, orang dan organisasi seringkali terjebak untuk berkutat pada alat dan alat. Padahal hal tersebut memunculkan potensi masalah baru, jelas memperpanjang jarak kearah tujuan. Jelas uang 'dibuang' lagi. Resiko tragisnya malah lupa akan tujuan sebenarnya dan asyik dengan tujuan baru yang dimunculkan melalui make up atribut.

    BalasHapus
  2. terima kasih banyak atas kunjungan, kesan, dan sarannya :)
    smoga setiap pendapat dari kita menjadi bahan diskusi sebagai suatu bentuk kontribusi dan kepedulian untuk kemajuan sebuah birokrasi atau apapun dan nantinya ke arah yang lebih luas lagi #negara

    BalasHapus
  3. Sekarang udah ada cara mengakali absensi fingerprint yg jauh lebih murah. Lihat http://kask.us/hJ4AB

    BalasHapus